Created :
Rei (@gyurei)
Judul :
Saranghae, Oppa
Tag :
Han Haekyo (OC), Park Chanyeol, Do Kyungsoo (Dio), Park Chaerin (OC), Choi Sena
(OC)
Genre :
Romance
Annyeong chingudeul! Ini adalah salah satu Fan
Fiction tentang Chanyeol EXO-K yang ceritanya terinspirasi dari sebuah komik karya
Atsuko Namba yang berjudul “My Senior”. Kenapa aku pilih ikutin cerita dari
komik ini? Karena ceritanya bagus dan menarik. No Bashing, No Copas ya! Karena walaupun aku banyak ambil cerita dari komik tersebut, tapi ada beberapa jalan cerita yang kubuat sendiri. Selamat membaca ya.. Gamsa^^
---
Saranghae, Oppa
---
Mulai hari ini aku adalah anak SMA. Begitu
senangnya, karena aku bisa masuk ke SMA favorit di kotaku. Dan aku ingin
merasakan kehidupan sebagai anak SMA yang bahagia, mengikuti klub, jadi
terkenal satu sekolah, meraih prestasi di sekolah, dan tentunya bisa menemukan
percintaan yang manis.
“Chaerin, ayo kita coba semua makanan di
kantin sekolah ini..!”
“Tidak Haekyo, itu sangat banyak, perutku dan
perutmu tidak akan cukup menampungnya. Ayo pilihlah sekarang mau makan apa.”
“Haaaffhh, baiklah. Aku mau makan ini saja.”
“Ayo kita duduk disini saja Chaerin.”
“Hmm, Haekyo, kamu sadar tidak? Kita dari tadi
diperhatikan terus oleh dua orang namja yang duduk di seberang kita.”
“Biarkan saja, aku lapar.”
Dan tiba-tiba kedua namja itu pindah tempat
duduk ke hadapan kami.
“Kalian berdua anak kelas 1 ya?”, tanya salah seorang
dari kedua namja itu.
“Iya. Kalian berdua kelas kelas 1 juga?”, aku yang
berbicara, karena Chaerin hanya diam saja terlihat tidak ingin berbicara dengan
mereka.
“Apakah muka kami masih imut dan lucu? Hahaha.
Perkenalkan, namaku Dio, dan ini temanku Chanyeol. Kami siswa kelas 3.”
“Oyaa??!!”, jawabku dan Chaerin kaget.
“Kami mau menawarkan klub kami, siapa tahu kalian tertarik.”,
jelas namja yang satunya, yang diketahui bernama Chanyeol tadi.
“Klub apa? Kesenian? Olahraga?”, Tanya Chaerin
antusias.
“Klub Penelitian.”, jawab Dio.
“Oh,,, “, jawabku tidak mengerti.
“Aku hanya ingin masuk klub yang bisa
merekomendasikanku kelak ketika akan masuk universitas.”, jawab Chaerin tanda
kurang tertarik terhadap klub tersebut.
“Cerdas!”, jawab Chanyeol antusias.
“Disini kalian bisa melihat semua kertas ujian
warisan para alumni yang nomor satu disekolah ini. Legenda Senior. Dan itu yang
membuat kami selama ini menjadi nomor satu dikelas.”, jelas Dio.
“Benarkah?”, tanyaku.
“Baiklah, aku mau ikut bergabung!”, Chaerin langsung
berubah pikiran tanpa pikir panjang.
Setelah itu kami semua diajak ke ruangan klub.
“Disini kami berkumpul untuk mengadakan bermacam
kegiatan dari klub.”, jelas Dio.
“Memangnya ada kegiatan apa saja, yang biasanya
dilakukan setiap hari?”, tanyaku.
“Ada banyak, diantaranya ada bermain bersama, memberi
makan ikan hias yang dipelihara di aquarium, klub ramyun, melakukan berbagai
penelitian, dan tentunya belajar bersama membahas kisi-kisi ujian.”, jelas
Chanyeol panjang lebar yang membuat aku dan Chaerin semakin tertarik.
“Klub ramyun? Maksudnya makan ramyun bersama-sama?”,
tanya Chaerin.
“Iya benar, klub itu selalu diadakan dirumahku,
karena aku punya kedai ramyun.”, jelas
Dio dengan percaya diri.
“Huwaaa… keren. Ternyata di sekolah menengah atas
lebih menyenangkan ya kegiatan klubnya.”, jawabku terpana, karena selama aku
sekolah baru kali ini aku menemukan sebuah klub yang kegiatannya menarik.
Besoknya ketika pulang sekolah, klub penelitian
mengadakan klub ramyun. Kami semua diajak ke kedai ramyun milik keluarga Dio.
“Ayo kita rayakan kedatangan anggota baru di klub
kita dengan makan ramyun buatanku!”, teriak Dio yang sedang sibuk menyiapkan
ramyun di dapur kedai. Dio ini mewarisi keterampilan memasak dari ayah dan
ibunya, juga ia sering membantu ayah dan ibunya memasak ramyun untuk kedai
milik keluarganya tersebut. Tak heran kalau Dio sangat lihai dalam urusan memasak.
“Baik Hyeong..! Ayo kita makan!”, jawab semua anggota
klub.
“Waaaah, ramyun, jarang sekali aku makan ramyun yang
terlihat enak seperti ini.”
“Hmm,,”, jawab Chaerin yang dingin seperti biasa.
Lalu aku menoleh kesebelahku, yang kebetulan duduk
disitu adalah Chanyeol.
“Oh iya, mulai sekarang aku harus memanggilmu apa?
Kamu kan lebih senior dari kami? Hmm, senior Chanyeol?”, tanyaku.
“Haha, berlebihan. Panggil aku oppa saja. Lagipula
aku hanya anggota bayangan di klub ini, hehe.”
“Baiklah.”, jawabku sambil tersenyum. Lalu hati
kecilku berbicara, ‘Chanyeol Oppa’.
---
Siang ini aku ingin menghabiskan waktu bermainku di
ruangan klub. Namun saat aku memasuki ruangan ternyata disana hanya ada
Chanyeol. Aku jadi merasa sedikit canggung.
“Siang Oppa, hmm, kemana yang lainnya?”
“Hari ini hanya sendirian saja. Kamu juga sendirian
ya?”
“Iya.”
Lalu untuk beberapa saat ruangan begitu hening.
Sepertinya kami kurang bahan pembicaraan. Aku juga sudah mulai bosan. Aku hanya
duduk dan memain-mainkan ponselku. Sampai-sampai kalau ternyata aku
diperhatikan oleh Chanyeol. Dan akhirnya dia mulai berbicara.
“Haekyo-ah, bagaimana kalau kita bermain ular tangga.
Siapa yang kalah dia harus mentraktir. Maukah?”, ajaknya.
“Boleh.”
Kamipun bermain ular tangga. Namun apa daya, aku
selalu kalah di dalam permainan ini.
“Uuh, aku kalah..! Oppa curang!”
“Mana mungkin aku curang. Kau yang payah.”
“Huuuh!”
Akhirnya aku dan Chanyeol berjalan menuju kantin
sekolah, sebagaimana janji kita tadi bahwa yang kalah harus mentraktir. Kami
membeli softdrink. Tapi ketika aku sedang mengeluarkan uang dari dompetku,
tangan Chanyeol lebih dulu memberikan uang kepada penjaga kantin.
“Aku ini senior, aku tidak suka ditraktir oleh
junior.”
Aku hanya senyum heran melihatnya. Hari ini begitu
penuh kenangan, pertama kalinya aku hanya berdua saja seperti ini. Seperti
sepasang kekasih. Ah, aku ini berpikir apa? Tapi apakah mungkin aku mulai
menyukai Chanyeol?
Hari ini aku menguncir rambutku yang biasanya ku
gerai. Aku berencana datang ke klub untuk memberi makan ikan dan mengkopi
kertas bekas ujian para legenda senior.
“Pagi.”, sapaku.
Tapi tiba-tiba Chanyeol terperanjat dan hampir jatuh
dari tempat duduknya, kaget seperti melihat hantu.
“Wah, Haekyo-ah menguncir rambutnya ya? Kukira kau
potong rambut.”, sapa Dio.
“Eeh, iya. Chanyeol Oppa kenapa sampai kaget seperti
itu? Apa aku seperti hantu?”
“Ah, tidak, hanya saja kukira yang datang orang
lain.”
“Ooh.”
Orang lain? Hm, aku tidak mengerti. Tapi hari itu aku
melakukan semua rencanaku di ruangan klub.
“Dio Oppa, aku ingin melihat legenda senior.”
“Baiklah. Ini dia..!”
“Waaaah,,, nilainya benar-benar sempurna.”, aku
melihat semua nilai yang berada di bekas lembar jawaban itu diatas 80 semua.
Lalu diantara kertas-kertas itu ada sebuah nama yang dominan.
“Choi Sena.”
“Dia adalah salah satu dari legenda senior. Orangnya
cantik, dia pun kadang mampir kesini untuk menengok kami, iya kan Chanyeol.”,
jelas Dio.
“Begitulah.”
“Wah sudah jam 4. Haekyo, Chaerin mengikuti klub
basket kan? Sekarang waktunya klub melihat pertandingan basket putri.”, kata
Dio seraya pergi. Dan tinggalah kami berdua di ruangan klub.
“Haekyo-ah, Dio mengincar Chaerin kelihatannya.”
“Hm, Oppa sendiri,, apakah Oppa sudah mempunyai
pacar?”
“Ah, tidak juga.”
“Itu bukan jawaban!”
“Memangnya harus dijawab?”
“Ya sudah kalau begitu…”
“Ah, sudahlah..”
“Jadian denganku saja!”
“No.”
“Huh, blak-blakan sekali menjawabnya.”
Chanyeol hanya tersenyum kecil. Aku hanya mengendus
sedikit kesal. Lalu kami terdiam. Chanyeol meneruskan membaca buku, dan aku
hanya terdiam melihatnya dari tempat dudukku. Tiba-tiba aku ingin sekali
bertanya.
“Oppa, yang kau sukai itu senior Choi Sena ya?”
Chanyeol sedikit terdiam lalu menjawab pertanyaanku.
“Iya.”
Akupun beranjak.
“Ternyata betul. Ya sudah, aku pergi mengkopi lembar
legenda senior dulu ya.”
Aku pergi meninggalkan ruangan. Namun hatiku terus
berkecamuk. Aku ingin sekali menemukan percintaan yang manis itu. Namun baru
saja aku menyukainya, ternyata dia menyukai orang lain.
‘Aku menyukaimu Oppa’
---
“Chaerin, lihat ini.”, aku menyodorkan sebuah album
foto yang kuambil dari ruangan klub.
“Oh, jadi ini yang namanya Choi Sena.”
“Jadi bagaimana menurutmu? Kurasa Chaerin lebih
cantik dibanding dia.”
“Hah..”
‘Memangnya dia secantik itu? Tidak juga ah.’
Aku bergumam di dalam hati. Lalu kejadian kemarin
siang itu teringat kembali.
“Payah.”
“Eh?”
“Kamu ini bicara apa? Jangan terbawa suasana dong.”
“Hehe, iya deh.”
“Kamu ini, berani ya.”
Pada akhirnya pernyataan cintaku ditolak Chanyeol
Oppa. Aku tidak pernah bermaksud untuk berbicara seperti itu. Mungkin aku
memang terbawa suasana. Karena aku tidak serius.
Saat dikantin ternyata semua anggota klub berkumpul
untuk makan siang. Kebetulan sebentar lagi akan diadakan klub bertamasya ke
lingkungan sekitar. Dan hari ini penentuan lokasi tamasya nya.
“Bagaimana kalau ke danau terdekat. Kita bisa naik
perahu dan meneliti lingkungan sekitar.”, usul Dio.
“Wah ide bagus.”
“Iya, lebih baik yang tidak jauh dari rumah kita.”
“Iya aku setuju!”
Semua anggota setuju untuk mengadakan tamasya ke
danau. Aku dan Chaerin pun setuju. Aku duduk disamping Chanyeol. Dan taukah aku
bicara apa padanya? Benar-benar tidak ada hubungannya dengan kegiatan klub yang
sedang dibicarakan.
“Oppa, tadi aku melihat Senior Choi Sena.”
“Hah? Dimana?”, jawab Chanyeol antusias.
“Di album foto.”
“Oh.”
Aaaaah, apa yang ku katakan? Aku jadi serba salah
begini. Seharusnya aku tidak mengatakannya. Huff, bagaimana ini? Semoga saja
Chanyeol tidak berpikiran macam-macam.
---
Hari kegiatan klub tamasya pun tiba. Kami semua
melakukan pembagian untuk naik perahu dan meneliti sekitarnya.
“Dengar, satu perahu hanya cukup dinaiki oleh dua
orang ya.”, Dio memulai instruksi.
“Ah, Chaerin, aku bersa.. ma.. “, belum selesai aku
bicara pada Chaerin, tanganku sudah ditarik duluan oleh Chanyeol.
“Kamu denganku saja, ayo.”, ajak Chanyeol sembari
menarik tanganku dan meninggalkan semua anggota kelompok.
Lalu kami berdua menaiki perahu. Akhirnya Chaerin
menaiki perahu yang sama dengan Dio. Kami meneliti lingkungan sekitar yang
dilewati perahu. Namun tiba-tiba Chanyeol mengantuk.
“Biarkan aku tidur sejenak ya.”
“…”
Chanyeol pun merentangkan badannya berselonjor di
perahu, topinya ia turunkan untuk menutupi wajahnya dari sinar matahari. Uuh,
lalu haruskah aku melamun sendirian Oppa? Tak lama kantuk pun mulai menyerangku.
Entah sudah berapa kali aku menguap. Mataku sudah tak tahan lagi. Aku ambil
topi Chanyeol untuk menutupi mukaku. Sekilas kulihat wajah Chanyeol yang sedang
tenang tertidur. Deg! Kurebahkan badanku dibelakang punggung Chanyeol. Punggung
ini terasa hangat bagiku. Kulihat ia bergerak sesuai dengan ritmik nafas dari
paru-parunya. Tidur dibelakang tubuh yang tegap dan tinggi ini sedikit
memberikanku kenyamanan. Dan aku mulai tertidur.
“Haekyo-ah..!”
“Hei, kalian ini sedang apa? Ini sudah menjelang sore.”
Samar-samar terdengar suara Chaerin dan Dio
memanggil. Wah! Aku benar-benar ikut tertidur di dalam perahu bersama Chanyeol.
“Kalian berdua tidak apa-apa kan?”, tanya Chaerin.
“Aah, aku ketiduran!”
“Wah, aku harus bayar denda sewa perahu!”
Setelah puas menaiki perahu klub melanjutkan
kegiatannya dengan mendatangi festival yang kebetulan ada di dekat danau. Kami
semua ramai-ramai mengikuti berbagai permainan tradisional di festival itu. Tak
lupa wisata kuliner. Aku masih memakai topi Chanyeol.
“Chaerin, aku ingin permen lollipop itu, kelihatannya
tidak pernah dijual di hari-hari biasa.”
“Ayo kita beli.”
“Hwaaa,, enak sekali manis.”
“Sepertinya disana ada pertunjuk...an…”, Chanyeol
yang antusias memberitahu ternyata tidak sengaja menyenggol tanganku hingga
permen yang baru kubeli itu terjatuh.
“Oppa… permenku… hiks.”
“Ah, maafkan aku Haekyo-ah, sini aku belikan lagi.
Dimana kau membelinya?”
“Disana.”
Aku menunjuk kearah tukang permen yang cukup jauh
dari tempat kami berdiri sekarang. Namun ketika Chanyeol menatap kearahnya dia
menangkap sesosok wajah. Wajah yang sedang menangis. Wajah orang yang ia kenal.
Chanyeol pun menghampiri si pemilik wajah tersebut. Sampai-sampai ia tidak
mendengar rengekanku soal permen.
“Oppa…”
Aku tersentak melihat si empunya wajah tersebut
adalah Senior Sena. Wajahnya penuh air mata. Sayup-sayup aku mendengar
pembicaraan mereka. Hatiku kenapa ingin menangis ya?
“Kau kenapa? Sendirian? Mana teman-temanmu?”
“Ah, Chanyeol, kau sedang apa disini?”
“Kamu tidak kenapa-kenapa? Ayo kuantar pulang!”
“Ta.. tapi aku tidak apa-apa.”
“Jangan menolak.”
“…”
“Dio, maaf, tolong urus disini ya? Aku ada harus
mengantar Senior Sena pulang.”
“Baiklah Chanyeol, serahkan saja semua padaku.”
Dan akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan kami.
Aku melihat mereka dengan posisi mematung di tengah-ditengah keramaian. Aku
melihatnya sampai mereka tidak terlihat lagi. Padahal ia sudah berkata untuk
membelikanku permen.
“Permenku..”
Aku gunakan topi Chanyeol yang masih kupakai agar
menutupi mataku yang tiba-tiba berair. Aku tau ini terlalu cepat aku menyukai
Chanyeol Oppa. Aku masih bisa mundur. Karena aku tidak serius. Tapi hatiku
mengapa sampai sesakit ini?
Kejadian malam itu segera kulupakan. Hari ini aku
akan mengunjungi ruangan klub. Aku ingin belajar disana. Dan ternyata disana
hanya ada satu orang yang sedang duduk ditempat favoritnya di dekat jendela.
Chanyeol.
“Hei.”
“Selamat siang, Oppa.”
“Maafkan aku tadi malam ya. Sehabis kejadian itu kamu
langsung pulang ya?”
“Ah… Iya…”
“Dia Senior Sena. Habis bertengkar dengan pacarnya.”
“Hah? Jadi, Senior Sena sudah punya pacar?”
“Iya.”
“Lalu… kenapa Oppa masih menyukainya?”
“Tidak tahu.”
“…”
“Maaf, belum bisa menggantikan…”
Aku harus menahan air mataku yang sedikit lagi akan
berhamburan keluar. Namun sebelum itu Chanyeol beranjak dari tempat duduknya
dan keluar sembari berkata.
“… Permen kemarin… Lain kali aku belikan ya.”
Aku hanya terdiam mendengar perkataan Chanyeol. Lalu
air mataku mulai menetes. Dalam hati aku berpikir. Ternyata aku dan Chanyeol
dalam posisi yang nyaris sama. Menyukai seseorang, tetapi orang itu menyukai
orang lain. Aku mulai berkata pada diriku sendiri, cinta ini tidak akan
terbalaskan.
***
Part 1 udah beres.... Part selanjutnya akan segera dibereskan supaya kalian ngga penasaran lama-lama kelajutan dari ceritanya ya... Tapi kalau udah ada yang pernah baca komiknya pasti udah tau kelanjutan ceritanya.
Don't be silent reader yaa...
Gamsa.. ^______^