Author : Rei (@gyurei)
Lenght : Longshoot
Genre : Yaoi, ChanBaek Paired, Friendship, Romance
Main Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun
Part 2
Namja manis sedang asyik
menikmati sepotong sandwich fillet tuna di meja yang bersebrangan dengan orang
yang menarik pengamatannya mulai dari beberapa hari yang lalu.
Si Tuan Urakan. Ya, itu sebutan
yang tepat untuk seorang namja bertubuh tinggi menjulang dengan pakaian lusuh,
rambut acak, wajah berjerawat, dan… kelakuannya yang selalu membuat dirinya
sendiri kesusahan.
Mulut kecil Baekhyun terus
mengunyah makanannya. Juga orang yang diseberangnya, walau makanannya sudah
habis ia masih meminum setengah botol air mineral. Keduanya masih asyik dengan
suasana itu. Sampai pada akhirnya segerombolan siswa mendatangi Baekhyun.
Namja bertubuh tinggi dan kekar
juga berwajah tegas yang menjadi ketua gerombolan siswa itu mendekati Baekhyun.
“Namamu, Baekhyun bukan?”
Si namja manis yang tengah asyik
makan itu tiba-tiba tersentak karena seseorang tiba-tiba bericara padanya.
Ia melihatnya dari ujung kaki
hingga ke atas kepalanya.
“Kenapa kau melihatku seperti
itu?”
Baekhyun dengan bingung bertanya
pada si namja tinggi kekar berwajah tegas yang diketahui bernama Wu Yifan itu.
“Mulai sekarang kau menjadi
milikku!”
Kata-kata tersebut tiba-tiba saja
keluar dari mulut Yifan. Apa maksudnya?
Si namja urakan masih belum sadar
ada kejadian apa di depannya, sampai pada akhirnya ia mencuri dengar percakapan
Yifan dan Baekhyun.
“Ma..maksudmu apa? Yang jadi
milikmu?”
“Kau ini yang paling pintar
disekolah ini kan?”
“…”
“Kau sudah merebut posisiku, dan
kau sudah membuat diriku dipermalukan di depan teman-temanku karena peringkatku
terkalahkan olehmu.”
“Lalu…”
“Kau harus jadi milikku, jadi
budakku. Kau ini kan namja lemah, menyerahlah dan berikan semua yang kau bisa
padaku.”
Yifan mengangkat dagu si namja
manis dengan tangannya yang besar dan kasar. Memberikannya perhitungan dan
ancaman-ancaman.
Memang, selama ini Wu Yifan
terkenal sebagai murid yang terpintar disekolah ini. Namun setelah ada
kehadiran Baekhyun yang baru pindah ke sekolah ini, peringkat itu pun berpindah
dari tangannya.
Walaupun dulu Yifan adalah siswa
yang memiliki peringkat tertinggi, namun perangainya buruk dan sombong. Ia
hanya berteman dengan siswa-siswa yang terpandang. Karena memang Yifan adalah
anak dari ketua yayasan yang mendirikan sekolah ini.
Mata bening Baekhyun mulai
terlihat berkaca-kaca. Sedangkan mata besar Yifan makin terlihat dibelalakan.
Tubuh kecil Baekhyun mulai terangkat oleh tangan besar Yifan yang menarik
dagunya.
“Aku tidak mau!”
“Kau harus mau! Kau harus
mengerjakan semua tugasku! Kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu yang
sudah mengambil alih predikatku disini!”
Suara Yifan memekik keras.
Si namja urakan sudah mulai
terganggu atas kejadian yang terlihat di depan pelupuk matanya ini. Ia
melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat untuk mendekati sumber keributan yang
hanya berjarak sekitar lima meter dari meja duduknya.
Tangan besarnya menarik tangan
Yifan yang bertengger di dagu si namja manis.
“Lepaskanlah, malu dengan
tubuhnya yang lebih kecil darimu. Jika ingin berkelahi carilah yang tubuhnya
sepantar denganmu.”
Dengan heran Yifan menatap mata
foxy milik Chanyeol. Dan dalam sekejap Chanyeol menarik tangan Yifan sehingga
terlepas dari dagu Baekhyun. Akhirnya tubuh kecil Baekhyun kembali lega.
“Siapa kau? Berani sekali!”
“Ia temanku. Apa ada larangan
jika aku ingin membantu kesusahan seorang teman?”
“Kau tidak tahu siapa aku?”
“Cih, untuk apa aku mengetahui
siapa dirimu yang tidak ada keuntungannya bagiku.”
“K..Kau!”
“Baekhyun, kemarilah. Lain kali
jika kau berkeliaran di sekolah ini jangan sendirian. Kau ini terlihat lemah
dan mudah ditindas.”
Tak lama ada beberapa guru yang
mendatangi kantin, tempat dimana kejadian ini berlangsung. Namun tentunya
mereka tidak mengetahui kejadian ini. Hanya kebetulan mendatangi kantin.
Hal tersebut berhasil membuat
Yifan dan gerombolannya memilih menghentikan tindakannya hari ini.
“Awas kalian, lain kali tak akan
aku biarkan!”
Baekhyun terlihat masih
berkaca-kaca. Mencoba melangkahkan kakinya yang sedikit gontai akibat kejadian
yang sama sekali belum pernah ia alami seperti tadi.
“Kau, bersihkanlah wajahmu. Dan
jangan coba-coba menyendiri lagi.”
Baekhyun mengusap kedua matanya
yang penuh air dengan tangannya yang putih mungil. Ia membenarkan rambutnya
yang sedikit acak-acakan. Dan mengusap dagunya yang sedikit sakit karena
perlakuan kasar yang ia terima tadi.
“Kau tidak terluka?”
“Tidak. Kenapa kau mau menolongku
tadi?”
“…”
Tanpa menjawab Chanyeol pergi
meninggalkannya dan kembali menuju kelas karena jam istirahat sudah berakhir.
Baekhyun pun mengikutinya dari
belakang. Dengan langkah yang lebih banyak, setengah berlari, karena langkah
Chanyeol lebih lebar darinya.
-
-
-
-
Sang mentari pagi mulai naik dan
sinarnya yang lembut menembus dinding kaca pagi itu. Sepasang mata kecil nan
indah baru saja terbuka, terbangun dari tidurnya yang begitu lelap.
Teriakan dari sang kakak tercinta
membangunkan si namja manis pagi ini. Ini hari minggu, seharusnya hari ini bisa
bangun lebih siang.
“Badanku terasa lemas hyung.”
“Ah, kenapa bisa?”
“Mungkin aku harus tidur agak
lama lagi…”
“Itu hanya akal-akalanmu saja
adikku manis.”
Luhan mencubit pipi adik kecilnya
itu dengan penuh gemas.
“Andwae!”
Dan akhirnya si namja manis
bernama Baekhyun ini pun bangun.
Ia teringat lagi kejadian kemarin
yang membuatnya takut untuk pergi ke sekolah. Namun selintas lewatlah bayangan
Chanyeol.
‘… dan jangan coba-coba
menyendiri lagi …’
Itu kata-kata Chanyeol kemarin.
Baekhyun teringat lagi kalau yang menolongnya kemarin adalah Chanyeol, si namja
urakan yang sudah menampik pertolongannya dahulu – walau sebenarnya tidak,
karena air yang Baekhyun berikan akhirnya diminum oleh Chanyeol, hanya saja ia
tak mengetahuinya.
“Kenapa Chanyeol tiba-tiba
berbicara seperti itu padaku kemarin?”
Hari ini sangat tenang, hal yang
dilakukan Chanyeol hanyalah membaca komik di kamarnya. Cukup membosankan
memang. Ia memang tinggal sendirian di rumahnya. Setelah cukup lama ia membaca
komik, ia mencoba jalan-jalan keluar dengan sepedanya.
Awalnya ia hanya ingin mengitari
komplek perumahannya, namun lama-lama ia mencoba jalan lebih jauh lagi. Sampai
di tengah taman kota ia pun berhenti dan istirahat.
Tak lama ia menangkap sesosok
mahluk manis yang sepertinya ia hafal.
Si namja manis…
Di dalam sebuah toko buku,
berdirilah Baekhyun dibalik jendela, sedang sibuk melihat buku-buku disana
dengan tatapannya yang… innocent.
Cukup lama Chanyeol memperhatikan
Baekhyun dari luar. Namun ia sudah merasa cukup duduk disana lalu kembali
melanjutkan perjalanan. Ia pun berdiri dan mulai melangkahkan kakinya. Ia
mendekati sebuah kios berencana membeli sebotol air mineral.
Diambilnya sebuah botol mineral
dari dalam cool case.
Tangan Chanyeol beradu dengan
sesuatu yang begitu lembut.
Tangan seseorang juga.
Chanyeol salah tingkah karena
tangannya bukan menyentuh botol yang akan diambilnya melainkan tangan lain yang
juga akan mengambil botol tersebut.
Kedua orang ini saling
mengucapkan maaf. Lalu dua pasang mata saling menatap.
Betapa terkejutnya Chanyeol
karena yang menatapnya sekarang adalah si namja manis, Baekhyun. Sejak kapan ia
berdiri disini pikirnya. Bukankah baru saja ia melihatnya sedang asyik di
sebuah toko buku, walaupun itu tidak jauh dari kios tempat mereka berada
sekarang.
Baekhyun mencari-cari sebuah
buku. Dan tak lama pun ia mendapatkannya. Cukup lama ia berada disana. Saking asyiknya
ia sendiri sampai kehausan. Setelah ia mendapatkan buku yang ia inginkan,
matanya berkeliling ke seluruh lingkungan disini. Matanya menangkap sebuah kios
kecil yang menjual minuman disana. Tanpa pikir panjang ia pun langsung berlari.
Chanyeol tidak menyadari kalau
ketika ia beranjak menuju kios kecil itu waktunya bersamaan dengan Baekhyun
yang juga menuju ke tempat yang sama.
“K..Kau, sedang apa disini?”
Dengan terbata-bata Baekhyun pun
bertanya.
“Eh, apa? Aku? Apa urusannya
denganmu?
Jawab Chanyeol sedikit salah
tingkah namun dengan cepat berubah menjadi kasar seperti biasanya.
“Ah, baiklah.. Aku harus pulang..
Sampai jumpa, Chanyeol…”
“Ya…”
Lalu si namja manis ini pun
membalikan badannya dan pergi meninggalkan Chanyeol.
-
-
-
-
Kejadian tadi pun segera
dilupakan oleh keduanya. Baekhyun mulai sibuk membaca buku yang baru ia beli di
ruang tengah rumahnya. Dan kakaknya yang manis, Luhan, memperhatikannya. Lalu
ia mendekati adik satu-satunya yang sangat ia sayangi itu.
“Kelihatannya kau sangat senang
hari ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi sewaktu kau keluar tadi?”
“Ah, aniyo hyung, tidak terjadi
apa-apa, aku hanya terhanyut pada cerita di dalam buku yang sedang kubaca ini.”
“Haha, baiklah. Oh iya, kau sudah
makan malam? Aku sudah menyiapkannya di meja makan, kau makanlah. Aku masih
sedikit tidak enak badan, aku akan tidur lebih awal.”
“Ne Hyung. Istirahatlah, jangan
terlalu memaksakan jika sudah capek. Besok kau jangan dulu pergi kuliah, dan
minta Jongin hyung untuk menemanimu di rumah. Oke.”
“Ne, adikku yang manis.”
Dengan senyumnya yang lembut
Luhan mengakhiri pembicaraan, lalu beranjak menuju kamarnya untuk tidur.
Baekhyun masih asyik dengan bukunya.
Sebenarnya namja manis ini
bingung, apakah besok ia harus sekolah atau tidak usah saja sekalian, karena ia
pasti akan diteror lagi oleh geng yang diketuai oleh Wu Yifan.
“Huaaaa…. Aku harus bagaimana?
Aku takut!”
Teriaknya di atas ranjang sambil
menendang-nendangkan kakinya.
Dan tak lama pun ia terlelap
tidur.
-
-
-
-
Pagi datang. Suara Luhan yang
mengalahkan suara kokok ayam membangunkan si namja manis ini dari tidur
indahnya.
“Bangun adikku sayang! Kau akan
tidur sampai jam berapa? Ini waktunya sekolah.”
“Aahhh…. Ne hyung, ne… Kau ini
manis, tetapi suaramu itu memekakan telinga dan membuatku merasa kalau kau ini
tidak semanis yang orang pikir.”
“Kau ini, cepatlah bangun!
Bukalah matamu ketika berbicara. Matamu sudah cukup sipit.”
“Baiklah hyung. Aku bisa memakai
eyeliner supaya mataku tidak terlihat sipit. Puas hyung? Aku sedang malas
sekolah…”
“Hah? Apa yang kudengar ini?
Malas? Aku saja yang masih tidak enak badan akan pergi kuliah, dank au ini yang
sehat malah bilang malas untuk pergi sekolah?”
“….”
“Waeyo?”
“Aniyo hyung… Aku mandi dulu.”
Lalu percakapan kedua namja manis
bersaudara ini pun berhenti. Baekhyun mulai bersiap-siap untuk pergi ke
sekolah. Ya, walaupun ia tahu pasti akan diteror, tapi ia tidak punya alasan
kuat untuk tidak pergi sekolah. Ia tidak ingin kakaknya tahu tentang masalahnya
dengan geng Wu Yifan.
Dan benar saja.
Baru saja si namja manis ini
memasuki gerbang sekolah, seseorang menarik tangannya yang ramping. Tubuhnya
yang mungil dengan mudahnya terbawa oleh genggaman tangan erat dan kasar. Ia
dibawa ke belakang taman sekolah. Dan disana sudah berdiri, namja bertubuh
tinggi dan kekar, Wu Yifan.
“Permainan dimulai!”
Teriaknya.
Lalu anak buahnya mulai
menggerayangi tubuh mungil Baekhyun. Diawali dengan mengacak-acak rambutnya,
lalu mencoret-coret muka si namja manis ini dengan spidol berwarna.
“Andwae! Kalian ini kenapa? Apa
aku punya salah kepada kalian?”
Teriak Baekhyun, yang sama sekali
tidak digubris.
Baekhyun mulai pasrah, karena
tubuhnya kalah besar daripada anak-anak yang sedang mem-bully dirinya ini
sekarang. Namun disela-sela itu, namja mungil ini memperhatikan beberapa
nametag yang dipakai oleh orang-orang ini. Terlihat nama Oh Sehun, Kim Jongin,
Kim Jongdae dan Kim Minseok.
“Sudah cukup untuk pagi ini.”
Semua orang berhenti mem-bully
namja mungil ini.
“Lihat saja, kau pasti tidak akan
bisa lari dariku, Baekhyun-ah.”
Dengan nada tegas, Wu Yifan
berkata. Lalu membalikan badannya dan pergi meninggalkan Baekhyun yang sudah
kacau penampilannya.
“Ah… Eotteohke?”
Air mata namja manis ini sudah
hampir jatuh. Tapi ia segera menghapusnya. Ia beranjak dan berjalan dengan
gontai menuju ruang kelasnya.
Ini baru hari pertama ia
mendapatkan penganiayaan dari geng Yifan. Entah penganiayaan bagaimana lagi
besok yang akan diterima olehnya.
Bel tanda masuk sudah bordering
dari lima menit lalu. Baekhyun telat masuk kelas kali ini. Ketika ia akan
memasuki ruang kelas, seseorang berlari dibelakang Baekhyun. Dan orang itu
hampir saja menabrak Baekhyun yang berada tepat di depan pintu kelas meminta
izin masuk kepada guru.
BRUK!!!
Namja manis ini sekarang
tergeletak tak sadarkan diri di depan pintu kelas.
Seisi kelas terkejut. Begitu pula
ibu guru.
“Park Chanyeol! Ada apa ini? Ada
apa dengan Byun Baekhyun?”
Tanya ibu guru.
“Ah, aku tidak tahu. Aku baru
saja datang. Aku terlambat lagi, maafkan aku bu guru.”
“Lalu kenapa dengan Baekhyun?”
Tanpa pikir panjang Chanyeol
mengangkat tubuh Baekhyun dan membawanya ke ruang UKS. Chanyeol melihat ada
yang ganjil dengan penampilan Baekhyun. Wajahnya penuh coretan. Chanyeol pun
bergumam dalam hati.
“Ada yang tidak beres dengan anak
ini. Pasti ulah orang itu.”