Minggu, 10 Februari 2013

[FF] Angel


Author : Rei
Cast : Kim Jongin, Xi Luhan (switch gender)
Other Cast : Sehun
Genre : Romance (?) dan lain-lain
Length : One Shoot
Bagi yang gak suka karakter Luhan yang aku switch gender menjadi perempuan mohon jangan baca fanfic ini dan jangan bash ya.
Cerita ini murni hasil ideku sendiri.
Semoga suka ya… Selamat membaca! ^O^



Angel




Aku mengenalnya sejak kecil
Wajahnya yang polos itu mirip seorang angel.
Selalu membuatku penasaran, apakah ada manusia di dunia ini yang selugu itu?
Selugu-lugunya sampai ia tak tahu apa perasaanku kali ini.

Aku menyukai tatapan matanya yang tajam.
Sifatnya yang kasar, tubuhnya yang tinggi dan kekar memang membuatku sedikit takut.
Tapi aku tahu hatinya selembut sutera.
Menghangatkan hatiku bagaikan musim semi.



“Jongin! Kim Jongin!”

Cahaya mentari mulai masuk di sela-sela gordyn yang masih tertutup.

“Bangun Jongin, ini sudah pagi!”

Teriak seorang wanita sambil menyingkapkan selimut anak laki-laki yang dipanggilnya itu. Ia pun membuka gordyn, membuat anak laki-laki itu mulai membuka mata dan merengek.

“Ehmm… Haruskah kau bangunkan aku sepagi ini setiap hari, Luhan?”
“Panggil aku noona, Jongin! Aku ini lebih tua darimu. Ayo cepat bangun. Kau harus pergi ke kampus pagi ini kan?”

Mereka berdua adalah bagian dari sebuah panti asuhan. Dari lahir Luhan sudah dibuang orangtuanya, lalu dimasukan ke panti asuhan ini. Sedangkan Jongin dimasukkan ke dalam panti karena kedua orangtuanya meninggal dan tidak punya saudara lagi.

“Baiklah, ini aku bangun. Mandikan aku noona!”
“Umurmu itu sudah mau dua puluh tahun Jongin, haruskah aku memandikanmu?”
“Aissh..!”

Dengan kasar Jongin beranjak dari tidurnya. Ia pun tidak pernah membereskan tempat tidurnya. Mungkin karena sejak dulu ia tinggal disini selalu dimanja oleh noona-nya, Luhan. Apapun selalu disiapkan oleh Luhan, namun Luhan melakukannya dengan senang hati.

“Jongin! Pulang kuliahnya jangan sampai telat ya. Hari ini aku harus menjaga restoran sampai jam 4 sore. Nanti tolong jemput Sehun juga di sekolah ya.”
“Terserah aku saja. Apa kau sangat sibuk sekali? Sehun? Suruh saja ia pulang sendiri, ia juga sudah besar kan!”

Jongin mulai menunjukan sikap ketidakpeduliannya lagi. Dan lagi-lagi Luhan hanya bisa diam.

“Sudah, aku pergi dulu.”
“Noona, Sehun pun pamit pergi ya. Nanti Jongin hyung tidak usah menjemputku, aku bisa pulang sendiri.”

Luhan hanya bisa mengangguk. Apa daya ia harus bekerja dan menghidupi keluarga panti yang tinggal bertiga saja. Sudah tidak ada donatur lagi yang mau mendonasikan dananya ke panti ini. Tinggalah Luhan, Jongin, Sehun dan ibu panti, yang itupun hanya siang hari saja mendatangi panti untuk beres-beres.

Jadi secara tidak langsung Luhan menjadi tulang punggung mencari uang untuk menghidupi dua adiknya ini. Seharusnya Jongin sebagai anak laki-laki yang bekerja, namun Luhan ingin agar Jongin meneruskan sekolah ke perguruan tinggi agar bisa mendapatkan ilmu yang lebih banyak. Supaya nantinya ia bisa bekerja yang lebih baik.

Jongin memang selalu bersikap semaunya. Mungkin karena ia semenjak kecil ia selalu dimanja oleh Luhan di panti asuhan. Dulu ia sering sekali membuat onar. Namun Jongin anak yang pintar, ia selalu mendapat peringkat dikelasnya waktu sekolah. Sampai mendapatkan beasiswa untuk ke universitas.




“Selamat siang, aku mau pesan jus melon satu ya.”
“Ah, baik. Akan segera datang.”

Luhan sedang sibuk di restoran. Lalu seorang wanita yang sedang menggendong seorang balita mendekati dan menyapanya.

“Eh, kamu ini Luhan kan? Ini aku Songhee teman SMP mu.”
“Ah, iya aku ingat! Apa kabarmu?”
“Yah begini lah, aku menikah muda, ini anakku lho.”
“Oh ya? Lucu sekali. Mana suamimu?”
“Itu yang duduk disana. Ya sudah ya, teruskanlah pekerjaanmu Luhan, aku pergi lagi. Kapan-kapan temui aku di rumah, masih ingat rumahku kan?”
“Iya, nanti aku pasti akan mengunjungimu. Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa.”

Luhan baru menyadari, umurnya sudah dua puluh tiga tahun. Seharusnya diumur segitu seorang wanita pasti sudah mempunyai pacar. Luhan bahkan tidak pernah mengenal pacaran karena sibuk mengurus panti.

“Ah, untuk apa aku memikirkan hal seperti itu. Ada-ada saja otakku ini. Lebih penting mengurus Jongin dan Sehun dulu.”

Di kampus tempat Jongin kuliah. Terlihat Jongin sedang duduk dibawah pohon rindang, menunggu mata kuliah berikutnya.

“Kenapa Luhan itu begitu cantik akhir-akhir ini?”

Ia pun bergumam. Ia mulai merasa perasaan yang berbeda terhadap Luhan. Kadang jika sedang berada di dekat Luhan hatinya selalu berdebar-debar.

“Ada apa ini ya?”

Sudah sejak kecil ia mengenal Luhan. Luhan lah yang selalu menyuapinya makan, mengganti bajunya, memandikannya. Tapi tentu saja saat Jongin masih kecil. Sampai Jongin berumur 12 tahun, Luhan masih suka memandikannya, karena Jongin memang selalu tidak bersih jika mandi. Walaupun seumur Jongin sekarang masih juga meminta dimandikan oleh Luhan, tapi tentu saja Luhan pasti selalu menolak.

“Luhan, ia sudah jadi dewasa ya?”



Dirumah.

“Aku pulang!”

Teriak Luhan yang baru saja pulang dari restoran. Kedatangannya pun disambut Sehun.

“Noona, kau bawa makanan? Aku lapar.”
“Iya pasti Sehun, aku bawa ini nih! Makanlah sekarang.”
“Waah, baik noona!”
“Sehun, Jongin belum pulang?”
“Belum noona.”

Luhan mulai khawatir. Ia takut Jongin yang sudah beranjak dewasa ini bergaul dengan para berandalan. Walaupun ia percaya, tapi ia takut. Tapi tak lama Jongin pun datang.

“Aku pulang.”
“Kau dari mana dulu Jongin?”
“Dosenku datang terlambat, sehingga kelas baru dimulai sore hari.”
“Oh begitu. Yasudah, bersihkan tubuhmu, lalu makan bersama, ya.”
“…”

Seperti biasa, Jongin bersikap semaunya. Bukannya membersihkan diri lalu makan, tapi malah pergi merebahkan diri di ranjangnya.

“Sehun, kenapa Jongin lama sekali?”
“Tidak tahu…”
“Aku akan melihatnya ke atas. Kau makanlah duluan.”
“Baik.”


Dibukanya pintu kamar Jongin. Luhan kaget bukan main, karena ia mendapati Jongin sedang merebahkan tubuhnya tanpa memakai bajunya, hanya celana panjangnya yang ia kenakan. Luhan merasa ada perasaan aneh. Kenapa ia jadi berdebar-debar ketika melihat Jongin seperti itu.

Luhan pun cepat-cepat menutup kembali pintu kamar Jongin, berharap Jongin tidak sadar bahwa pintunya sudah dibuka. Tapi terlambat.

“Noona, sedang apa kau disitu?”
“A.. aku.. Kenapa kau tidak turun untuk makan?”
“Tubuhku panas sekali, aku ingin merebahkan tubuhku dulu.”
“O… oh, begitu.”

Luhan pun menutup kamar Jongin dan buru-buru kembali ke ruang makan. Ia merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Terasa panas. Ada apa ini? Apa mungkin perasaannya saja sebagai seorang wanita yang baru saja melihat tubuh seorang laki-laki?

“Ah! Ini sudah tidak benar! Jongin sudah besar. Dan aku seorang wanita. Apakah tidak apa-apa aku tinggal dengan laki-laki yang nantinya akan dewasa ini?”

Luhan bergumam sembari kembali ke ruang makan.



Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Luhan pun pergi untuk mandi, setelah seharian ia sibuk dengan rutinitasnya. Ia pun menyiapkan air hangat di bak mandinya. Ia akan berencana untuk berendam malam ini karena besok adalah hari libur.

“Aiiih, nyamannya…”

Selesai berendam ia pun memakai baju tidur. Bersiap untuk tidur. Namun entah kenapa ketika ia membuka pintu kamarnya ia sangat terkejut melihat Jongin berada di ranjangnya.

“Aaaah! Jongin!”

“Ssst! Jangan berteriak noona, aku bukan pencuri! Lagipula nanti akan membangunkan Sehun yang sudah terlelap di kamar atas.”
“K.. k.. kau di ranjangku. M.. m.. mau apa?”
“Noona, kenapa jadi gugup seperti itu. Apakah tidak boleh kalau malam ini aku ingin tidur disini? Sudah lama sekali aku tidak tidur bersamamu.”
“O.. oh begitu ya? Apa tidak apa-apa? Kau dan aku kan sudah dewasa. Nanti terjadi sesuatu bagaimana?”
“Sesuatu? Sebenarnya aku pun sangat penasaran dengan sesuatu itu.”

Jongin tersenyum nakal. Hati Luhan berdebar kencang. Tubuhnya memanas. Sementara itu Jongin bangkit dari ranjang dan mendekati Luhan. Lalu menarik tangan Luhan agar ia naik ke atas ranjang.

Sebenarnya akhir-akhir ini Jongin mulai menyukai noona-nya ini. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang, membuat Luhan sedikit takut. Karena kini tubuh Jongin jauh lebih tinggi dan besar darinya, tidak seperti dulu waktu mereka kecil, Luhan masih bisa mendorongnya keluar kamarnya waktu itu.

“Aku tidur disini ya.”

Pinta Jongin pada Luhan yang sudah mulai berbaring. Ia pun mendekatkan dirinya ke tubuh Luhan. Membuat tubuh Luhan semakin kaku dan tidak bisa bergerak.

“Kau ini, kelakuanmu semakin aneh Jongin! Kau mulai seperti lelaki nakal!”
“Biarlah aku nakal, lagipula aku hanya akan nakal kepadamu, noona!”
“Mwo? Kenapa hanya padaku?”
“Apa kau rela jika aku seperti ini pada wanita lain, noona?”

Pertanyaan itu langsung membuat Luhan terdiam dan berpikir. Apakah ia bisa merelakan Jongin bersama wanita lain? Tapi untuk apa ia tidak merelekannya, Jongin hanya adik asuhnya. Luhan semakin tidak mengerti perubahan sikap Jongin. juga tidak mengerti perasaannya sendiri terhadap Jongin.



Sudah setengah jam Jongin terdiam berbaring disisi Luhan. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Berdebar-debar yang sangat kencang. Seperti sedang dikejar-kejar oleh sesuatu hingga jantungnya berdetak lebih kencang.

“Jadi ini ya perasaan jika berada di dekat wanita?”
“Memangnya selama ini kau tidak pernah sedekat ini dengan wanita lain?”
“Aku tidak pernah melihat wanita lain. Yang kulihat setiap hari hanya dirimu.”
“Apakah kau mencoba untuk menggoda noona-mu ini, Jongin?”
“Aku tidak menggoda, tapi itu benar. Setiap hari aku tidak pernah kemana-mana. Selesai kuliah aku langsung pulang ke rumah. Apakah ada waktu untuk bertemu wanita lain?”

Tangan Jongin mulai melingkar ke pinggang Luhan. Luhan hanya terdiam membiarkan hal itu. Ia teringat waktu kecil mereka berdua sering tidur bersama. Ia pikir ini sama kejadiannya.

“Tapi aku merasa nyaman seperti ini.”
“Jongin, kau tidak terlihat seperti biasanya, yang selalu kasar dan terlihat tidak peduli. Ini seperti kau dulu saat masih kecil.”
“Aku akan tetap kasar. Aku ini laki-laki. Namun pengecualian untukmu, Luhannie.”
“Hei, kau memanggil namaku lagi!”
“Aku tidak akan memanggilmu noona lagi jika kita sedang berdua seperti ini. Lagi pula apa arti perbedaan umur?”
“Kau sangat tidak sopan! Aku ini lebih tua tiga tahun darimu.”
“Aku bukan Sehun, yang berbeda tiga belas tahun darimu.”
“Benar juga. Umur kita tidak berbeda terlalu jauh. Tapi kau tetap tidak sopan.”
“Aku janji tidak akan memanggil namamu tanpa embel-embel noona jika sedang ada orang lain, Luhannie.”
“…”



Satu jam sudah terlewat. Suasana di dalam kamar itu semakin romantis saja. Tangan Jongin masih melingkar di pinggang Luhan.

Mereka berdua baru menyadari bahwa selama ini mereka sudah berbagi hidup dan mengenal jauh satu sama lain. Dan rasa cinta itu mulai muncul di benak Jongin. Dan sekarang sudah tak terbendung lagi. Maka mulailah Jongin mengambil satu sikap untuk Luhan. Walaupun Luhan masih belum tahu. Tapi Jongin harap malam ini Luhan bisa mengetahuinya.

“Luhannie…”

Wajah Jongin kini sudah tidak lebih dari lima senti dari wajah Luhan. Luhan hanya bisa menatap mata Jongin sekarang.

“Tutuplah matamu Luhannie”

Pinta Jongin. Lalu luhan menutup matanya, dan tak lama bibir Jongin mulai menyentuh plum lips milik Luhan. Luhan terkejut. Tapi ia tetap menutup matanya dan mencoba menikmati lumatan lidah Jongin yang mulai menjelajahi kerongkongannya.

Jongin menarik leher Luhan agar ciumannya bisa lebih dalam lagi. Namun Luhan mendorong dada Jongin dengan tangannya.

“Wae, Luhannie?”
“Aku tidak bisa bernapas, Jongin…”
“Ah, mianhae… Aku terlalu terbawa suasana.”
“Kau ini dalam keadaan tidak sadar ya Jongin? Apakah kau habis minum-minum?”
“Aku ini sadar Luhannie! Ini ciuman pertamaku. Begitu pula denganmu kan? Apakah kau tidak terbawa suasana?”
“…”

Luhan hanya terdiam menatap mata Jongin. Tubuh Luhan semakin dan semakin memanas. Dan hening…


“Jongin! Ini sudah malam sekali. Apakah kau tidak mengantuk. Pergilah tidur!”

Akhirnya Luhan memecahkan keheningan itu. Tangannya yang lembut mendorong wajah Jongin menjauh darinya. Membuat Jongin sangat terkejut dan merasa kesal.

“Jadi kau mengusirku? Aku baru saja ingin menutup mata dan tidur disini. Hah, baiklah, aku pergi!”

Jongin pun beranjak dari ranjang dengan kasar. Lalu ia pergi meninggalkan kamar Luhan.


BLAM!


“E, eh… Jongin…”

Belum lama Jongin mengatakan bahwa ia tidak akan bersikap kasar pada Luhan. Hal ini membuat Luhan merasa dipermainkan Jongin.


Namun Luhan memang belum mengerti, sebenarnya perasaan apa yang hinggap dihatinya kali ini. Mengapa ia bisa melakukan hal tadi bersama Jongin, adik asuhnya sejak kecil. Ia ingat lagi tadi ia melakukan first kiss bersama Jongin.

“Aah, ada apa denganku? Bagaimana bisa aku melakukannya dengan Jongin? tapi kenapa tubuhku tidak menolak?”

Luhan terus saja bergumam. Ia berpikir keras tentang sebenarnya ada apa dengan Jongin yang kini mulai berubah. Juga terhadap dirinya sendiri. Kenapa juga ia bisa membiarkan Jongin melakukannya tadi. Apakah selama ini rasa itu sedikit demi sedikit mulai tumbuh?


Hari semakin malam. Luhan pun tertidur dengan pikirannya yang kacau. Berbeda dengan Jongin. ia terus bertanya-tanya sendiri.

“Huh! Apakah Luhan benar-benar tidak merasakan yang aku rasakan? Apakah ia benar-benar hanya menganggapku adik? Apakah karena perbedaan umur? Karena aku lebih muda darinya? Aaaah!”

Jongin berada di dalam situasi hati yang sangat kacau balau. Ia menyukai Luhan. Benar-benar menyukainya. Bukan rasa suka terhadap seorang noona-nya, tapi sebagai seorang wanita. Jongin terus saja meracau.

“Aku ini seorang pria sekarang, bukan anak laki-laki kecil lagi. Lihatlah aku sebagai lelaki Luhan!”





Hari minggu pagi. Sudah seminggu lalu ada orangtua yang ingin mengadopsi Sehun. Hanya tinggal Sehun sendiri anak kecil disini. Bukannya tidak ingin mengasuh Sehun lebih lama lagi. Tapi Luhan pun merasa kasihan jika Sehun harus mengikuti dirinya yang hidup pas-pasan. Ia pun harus merelakan Sehun untuk ikut bersama orang lain yang ingin mengadopsinya, demi kebahagiaan Sehun nantinya.

“Noona, aku sedih sekali.”

Sehun memegang erat tangan Luhan. Ia harus pergi sekarang bersama orangtua yang sudah mengadopsinya.

“Sehunnie, kita akan sering bertemu. Nanti aku akan mengunjungimu. Kau jangan sedih ya.”
“Jongin hyung…”
“Kau ini laki-laki Sehun, bersikaplah seperti laki-laki. Jangan pernah menangis. Jangan manja. Dan jangan menyusahkan orang lain.”

Jawab Jongin panjang lebar. Tidak disangka Jongin begitu peduli menasehati adik asuhnya itu. Luhan tercengang dengan apa yang baru saja dikatakan Jongin. Jongin mulai dewasa, pikir Luhan.
Satu persatu memeluk Sehun yang akan pergi. Memang sedih. Tapi Luhan meahan air matanya. Ia tidak ingin membuat Sehun menjadi makin sedih. Dan akhirnya Sehun pun pergi bersama orangtua barunya.




Sepeninggal Sehun, kini hanya ada dua orang saja di rumah panti ini. Sudah tidak bisa dikatakan panti asuhan karena memang sudah tidak pernah ada lagi yang menitipkan anak yatim kemari. Ibu panti pun sudah berhenti mengurus rumah panti ini.

Apa? Dirumah ini tinggal berdua saja? Ya benar. Hanya tinggal Luhan dan Jongin. Wanita dewasa dan seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa.

Seperti biasa. Setiap pagi Luhan tetap harus membangunkan Jongin. Menyiapkan sarapan. Lalu pergi ke restoran tempat dimana ia bekerja. Begitu pula Jongin, pergi ke tempat kuliahnya.

Yang berbeda adalah setiap malam tiba.

Keadaan menjadi selalu hening.

Hanya suara televisi yang ada. Mereka berdua menjadi sering salah tingkah. Jika Luhan sedang berada di dapur, lalu Jongin mendekatinya, sudah pasti Luhan mengalihkan perhatiannya dan beranjak keluar dari dapur sementara. Begitu pula Jongin, jika kebetulan sama-sama ingin menggunakan kamar mandi, Jongin pasti pura-pura tidak jadi ke kamar mandi dan menyuruh Luhan untuk masuk kamar mandi terlebih dahulu.


Sampai pada akhirnya Jongin angkat bicara malam itu.

“Luhan… Aku harus berbuat apa agar kau tahu apa yang ada didalam hatiku. Aku sangat kacau sejak malam itu.”
“Hah? Apa yang ingin kau bicarakan Jongin? Aku tidak mengerti.”

Jongin tidak langsung menjawab. Melainkan menarik tangan Luhan hingga tubuhnya yang kecil masuk ke dalam pelukan Jongin.

Dan saat itu, Jongin yang selalu terlihat kasar dan kuat, menangis sembari memeluk Luhan erat.

“Apakah selama ini kau tidak tahu Luhan? Aku sangat kacau, aku memikirkan perasaan yang tumbuh selama ini.”
“Maksudmu apa Jongin?”
Jongin melepaskan pelukannya, memegang kedua lengan Luhan dan menatap matanya tajam.
“Aku sangat mencintaimu. Aku sangat mencintaimu, Luhan! Apakah kau tidak menyadarinya. Apakah kau masih saja menganggapku anak kecil, seorang adik, atau apalah itu…”
“…”

Luhan hanya terdiam dan memandang tatapan tajam Jongin.

“Lihatlah aku sebagai seorang lelaki, Luhan!”

Perkataan Jongin ini membuat Luhan mematung. Ia sebenarnya merasakan sesuatu selama ini. Rasa cinta terhadap Jongin. tetapi buka rasa cinta terhadap seorang adik. Hanya saja Luhan tidak mau mengakuinya, ia berbohong terhadap dirinya sendiri.

“A.. a.. aku.. Aku takut Jongin!”
“Mengapa harus takut?”

Jongin kembali memeluk Luhan. Lalu ia berkata panjang lebar.

“Apakah kau takut karena selama ini aku hanyalah anak kecil yang kau asuh? Aku sungguh benar-benar tidak bisa melihat wanita lain. Aku hanya bisa melihatmu. Aku selalu mencoba untuk tidak bergantung padamu. Tapi apakah aku bisa jika suatu saat aku harus berpisah darimu.”

Luhan membalas pelukan erat Jongin. ia mulai menitikan air mata. Sebenarnya ia takut jika ia mempunyai rasa itu Jongin akan berubah sikapnya padanya.

Sungguh polos Luhan yang tidak mengetahui bahwa adik asuhnya itu kini sudah menjadi dewasa dan memendam cinta kepada Luhan.

“Mulai sekarang, jangan menganggapku sebagai adik lagi, atau apapun itu. Anggaplah aku sebagai orang yang bisa kau luapkan rasa cinta. Anggaplah aku sebagai pria yang kau cintai. Bukankah kau pun mencintaiku Luhan?”
“Jongin, mianhae…”
“Wae? Apakah aku salah menduga bahwa kau mencintaiku?”
“A.. aniyo Jongin.. Aku juga sangat mencintaimu.”

Luhan mulai mengungkapkan semua rasa yang ada di dalam hatinya.

“Mana mungkin aku akan bertahan disini jika aku tidak mencintaimu, Jongin.”
“Aku tahu Luhan.”
“Aku memendam rasa ini karena aku sangat takut jika nantinya akan merubah sikapmu terhadapku. Aku takut jika suatu saat kau pergi. Ketika aku pikir kau pasti akan pergi suatu saat nanti. Makanya aku hanya memendam perasaan ini. Membuatku bungkam dan melakukan semua rutinitas seperti tidak ada apa-apa. Namun hatiku sangat berat memendam semua ini...”

Luhan meluapkan bebannya selama ini. Lalu Jongin menarik leher Luhan. Membuat wajah Luhan mendekat. Lalu Jongin menyumpal plum lips Luhan yang terus mengeluarkan kata-kata itu dengan bibirnya. Luhan terpaksa berhenti berbicara. Air matanya terus mengalir, juga membasahi pipi Jongin yang kini tepat di bawah matanya.


Ciuman itu cukup lama. Luhan hanyut diantara perasaan takut dan lega. Setelah itu Jongin memulai lagi pembicaraan.

“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Seketika perasaan takut Luhan memudar. Yang ada hanya perasaan lega. Sungguh lega karena semuanya sudah diungkapkannya kepada Jongin.

“Aku juga mencintaimu Jongin… Sangat mencintaimu.”

“Berhentilah menangis, wajah angel-mu menjadi sangat jelek.”
“Aissh! Dalam suasana seperti ucapanmu masih saja kasar, Jongin!”

Jongin menyeka air mata dipipi Luhan. Begitupun Luhan, melap pipi Jongin yang basah karena air mata dengan tangannya yang halus. Mereka berdua tertawa kecil, tawa bahagia. Senyum lega bagaikan sedang menikmati mentari pagi di musim semi. Sungguh hati mereka berdua terasa begitu nyaman malam ini.

Dan kehidupan rumah ini pun mulai penuh dengan cinta yang sesungguhnya.

-END-






Kyaaaa…..
Ceritanya jauh banget dari bayangan aku! Tadinya aku pengen ngasih sedikit adegan yadong. Tapi ngga jadi lagi…
*Memang ngga lihai bikin cerita yadong.. (?)… BIngung di tuangin ke kata-kata nih… Aduuuh…
Yang request fanfic KaiLu ini Nadia Yoomin, semoga suka ya ya ya…
Aku bikin Luhan switchgender, jadi cewek, gak apa-apa yaa…?
Habisnya aku ngga bisa bikin Yaoi…
Huwaaaaaa…. Mesti sering lagi baca fanfic lain nih…
Yang udah baca, mohon rnr nya yaaa…
Mohon..! Kalo ngga nanti Chanyeol sembur pake api…! >_<
Terimakasih sudah membaca fanfic ini..

Kamis, 07 Februari 2013

[FF] Just Kiss


FF – Just Kiss

Paired : KaiLu

Length : One Shot

Rated : 15+

Genre : Romance, Yaoi, Gak Jelas, Macem-macemlah

 
 
 
EXOplanet.

Sisi lain kehidupan Kai dan Luhan.

 

Selama ini mereka terkenal dengan pasangan masing-masing. Kai dengan Kyungsoo, lalu Luhan dengan Sehun. Namun kali ini ada penampakan berbeda. Kai kini lebih sering jalan bareng Luhan. Entah kenapa. Mungkin karena Kai bosan dengan Kyungsoo yang lemah lembut dan mulai menyukai sifat Luhan yang lebih enerjik, ataupun mungkin karena Luhan sudah bosan dengan aegyo-nya Sehun dan ingin mencari yang lebih jantan (?).

 

Sudah beberapa kali mereka berdua terlihat berjalan bersama.

“Luhan gege, bareng denganku ya.”, pinta Kai.

“Oke Kai, kemari.”

Luhan menarik Kai dan memeluk pinggangnya dari belakang.

“Luhan gege, seharusnya aku yang menggandengmu seperti ini.”

Lalu Kai berbalik memeluk pinggang Luhan dari belakang.

 

Belum usai sampai disitu. Mereka sering ngobrol berdua saja. Anak-anak EXO yang lainnya mulai memperhatikannya. Tapi belum ada yang ngeh kalau sebenarnya mereka sudah sangat dekat.

“Kai, aku suka tubuhmu yang atletis, walau ototmu masih kecil-kecil seperti itu.”

“Ahaha, benarkah? Luhan gege, coba kamu pake wig blonde panjang itu lagi. Kamu sangat terlihat cantik, gege.”

“Kamu ini. Aku ini laki-laki. Jangan kamu sebut cantik.”

“Yasudah, aku menyebutmu ‘Tampan’ saja. Bagaimana? Kamu suka?”

“Ya begitu saja. Aku mengaku wajahku tak se-maskulin dirimu. Warna kulitmu yang hitam selalu menggodaku.”

 

Sampai pada suatu ketika, setelah acara perform dengan semua anak EXO yang lain. Mereka berdua jalan berbarengan. Lalu mereka berdua mengobrol sambil jalan, dan berhadap-hadapan. Lalu lewat anak EXO yang lain, dan tak sengaja menabrak Luhan dari belakang. Otomatis pada saat itu juga bibir Luhan menyentuh bibir Kai. Ciuman itu pun tak terelakan. Tapi ternyata mereka berdua malah menikmati hal tersebut. Ciuman itu makin memanas. Bayangkan sendiri posenya seperti apa. Dan untuk sementara kehidupan di EXOplanet mulai gempar dengan KaiLu.

 

-END/or TBC-

 

-hahaha…fanfic apa ini? Geje banget..!

 Gara-gara liat foto yg diposting Nadia Yoomin di Grup EXOBandung.

Fanfic ini ditulis dalam waktu 15 menit. Jadi ceritanya aneh begini.

Tapi semoga menghibur bagi kalian KaiLu shipper…

 

Rabu, 06 Februari 2013

[FF] Saranghae, Oppa - Part 4 (End)


This is Final Chapter!!!!
Part 4...
Selamat membaca...


-Chanyeol & Dio POV-
“Hey Chanyeol, kamu sudah jadian ya dengan Haekyo?”
“Hmmm…”
“Betul-betul jadian ya?”
-Chanyeol & Dio POV end-

Chanyeol menciumku sore itu. Aku tidak percaya ia yang melakukannya.
“Hei, perkataanmu yang waktu itu…”
“Hah?”
“Yang mengajakku jadian denganmu, aku setuju.”
“…”

Di dalam kelas…
“Anak-anak, kita akan mengadakan seminar mengenai jurusan-jurusan yang ada di universitas. Akan ada beberapa alumni sekolah ini yang akan datang untuk menjelaskannya.”
“Ini daftar senior-senior yang akan datang, lihat Chaerin!”
“Iya aku sudah melihatnya dari tadi.”
“Hampir semuanya tidak ku kenal.”
“…”
“Ah, ternyata Senior Sena akan datang, Chaerin.”
Hmm.. Dia jadi pembicara juga ya? Biarlah, walaupun Senior Sena datang, yang jadian dengan Chanyeol kan diriku.

“Oppa, ini bekal makan siang yang kubuat sendiri special untukmu.”
“Haha, tumben sekali. Terimakasih Haekyo-ah.”
“Oh, iya. Minggu depan aka nada seminar diskusi pemilihan jurusan di universitas. Para alumni akan kemari menjadi pembicara.”
“Hmm, oh ya?”
“Iya, termasuk Senior Sena.”
“…”
“Oppa akan ikut seminar tersebut?”
“Hah? Hmm, iya.”
“Iya, oppa pasti ingin bertemu Senior Sena.”
“… Apa-apaan sih?”
“Ah?”
“Aku ingin memilih jurusan yang terbaik. Bukan karena ada Senior Sena.”
Lalu Chanyeol pergi keluar dari ruangan dimana kami mengobrol. Maafkan aku. Tapi pasti di dalam hatimu masih menyimpan rasa suka yang lebih kepada Senior Sena.

Hari seminar pun datang.
Aku pun datang bersama Chaerin ke seminar tersebut. Semua anak kelas tiga yang wajib menghadirinya telah lebih dulu memasuki aula dimana seminar tersebut dilaksanakan. Aku bersama Chaerin dan anak-anak kelas satu lainnya datang menyusul ke aula tersebut.
Terdengar dari suara speaker acara telah dimulai.
“Aku Park Shin Ah, dari Fakultas Teknik. Salam kenal.”
“Aku Song In Young, dari Fakultas Bahasa. Salam kenal semuanya.”
“Aku Choi Se Na, dari Fakultas Hukum. Senang bertemu kalian.”
Heoh, ternyata Senior Sena benar-benar datang.
Aku mengintip ke dalam aula, mencari-cari dimana tempat duduk Chanyeol. Aku tidak ingin ia mengetahui kalau akupun ikut datang ke seminar tersebut. Aku mengendap-endap masuk ke dalam ruangan.
Dan “BRUKKK!!!”
Aku salah melangkah. Membuatku seketika jatuh ke lantai. Dan itu membuat seisi aula kaget dan melihatku terjatuh.
“Kau tidak apa-apa Haekyo-ah?”
“Aku tidak apa Chaerin, …”
Ketika aku menahan sakit di dengkulku, dari arah depan ada seseorang yang menjulurkan tangannya untuk membantuku bangun. Orang itu adalah Chanyeol.
“Bangunlah.”
“I..iya.”
Lalu ia menarikku keluar dari aula.

“Payah.”
“Meskipun payah…”
Air mataku mulai terjatuh lagi.
“Jangan menangis.”

Suara speaker dari aula tempat diadakannya seminar masih jelas terdengar dari sini. Di dalam sana sedang dilakukan tanya jawab.
“Baiklah sekarang sesi tanya jawab. Bisa kita mulai dari tema ujian akhir. Siapa yang akan melayangkan pertanyaan untuk yang pertama kali?”
“Silakan bertanya apa saja, kami akan coba menjawabnya.”, tambah Senior Sena.
“Aku Lee Eun Ji, dari kelas tiga. Apakah Sunbae sudah punya pacar?”
“Ya ampun, pertanyaan bodoh!”
“Pertanyaan apa itu?”
“Memalukan kau Eun Ji!”
“Hahaha, tidak apa-apa. Aku akan menjawabnya.”
“Terimakasih sebelumnya.”
“Aku baru saja putus dengan pacarku.”

Apa? Senior Sena putus dengan pacarnya? Chanyeol pun terlihat kaget dengan jawaban itu. Aku tahu yang ada di dalam hati Chanyeol adalah Senior Sena. Bukan aku. Bukan aku!
“Oppa, Senior Sena sudah tidak mempunyai pacar.”
“Sudah kubilang aku ditolak.”
“Tapi biar bagaimanapun, Oppa menyukai Senior Sena kan?”
“…”
“Kalau memang suka, seharusnya berjuang. Agar suatu saat dia menyayangimu.”
Baiklah, kali ini aku sok pintar.
“Mianhae Oppa, aku pernah menyukaimu…”
“…”
Aku pun pergi meninggalkan Chanyeol yang masih bingung dengan perkataanku. Tapi kupikir dia pasti akan mengerti. Walaupun aku sedih, air mataku pun sudah terjatuh dari tadi, tapi ini demi Oppa, demi Chanyeol. Mungkin pelan-pelan aku bisa melupakannya.
Sejak saat itu aku mulai berjaga jarak dengan Chanyeol.

***

Hari ujian akhir bagi kelas semakin dekat. Musim dingin pun datang. Aku berjalan-jalan bersama Chaerin dan Dio ke festival malam musim dingin. Aku melihat-lihat barang-barang yang dijual disana, begitu unik dan lucu. Dan ada penjual permen yang sama persis waktu di festival dulu.
“Kenapa harus teringat lagi?”
Mataku mulai berkaca-kaca lagi.
‘Nanti aku belikan lagi permennya’

“Haekyo-ah, ini aku kirimkan file foto yang kuambil tadi dari handphone ku.”
“Ah, baik Dio Oppa. Kirimkan ya.”
“Aku juga mau ya.”
Kami semua mengeluarkan ponsel masing-masing.
“Eeh, Dio Oppa dan Chaerin strap handphone nya sama ya?”
“O..oh, i..iya.”
“Waktu itu beli sama-sama. He..he..”
“Oh begitu.”
Eh tunggu dulu.
“Jadi kalian sudah pacaran?!!?”
“Jadi selama ini dia tidak sadar, Chaerin?”
“Ah, ha..ha..”
“Baguslah kalau begitu. Hehe.. Oh iya, sebentar. Ini, aku baru beli tadi. Tolong berikan kepada Chanyeol Oppa ya, tapi jangan bilang kalau barang ini dariku.”
“Apa, aku tidak boleh bilang kalau ini dari Haekyo-ah?”
“Iya.”

-Chanyeol & Dio POV-
“Hei Chanyeol, ini ada sesuatu untukmu.”
“Waah, apa ini?”
“Buka saja.”
“Oohh! Jimat kelulusan! Bagus sekali warnanya pink.”
“Ya begitulah.”
“Eh, …”
“E…eh, nimat itu Chaerin yang pilihkan.”
“Oh, Chaerin-ah yang memilih, pantas warnanya pink. Hoho, jadi kalian berdua sudah jadian ya?”
“Kau payah!!!”
“Hei, jangan sebut payah ke siswa kelas tiga yang mau ujian ini hah!!”
-Chanyeol & Dio POV End-

-Chanyeo & Chaerin POV-
Ruangan klub.
“Selamat siang.”
“Siang. Oh, ternyata Chaerin-ah yang datang.”
“Kok menyapaku seperti itu sih?”
“Ah, tidak, bukan itu maksudku.”
“Kamu kira Senior Sena yang datang ya?”
“Bukan, kukira tadi Haekyo-ah yang datang.”
“Oh begitu.”
“Oh iya, terimakasih ya jimat kelulusan yang kamu berikan. Jimatnya imut sekali.”
“… Aku… tidak suka benda yang imut-imut kan..”
“…”
-Chanyeol & Chaerin POV End-


Tak terasa ujian akhir kelas tiga sudah terlewati. Dan hari kelulusan pun datang. Semua anak kelas tiga bergembira hari ini. Mereka semua bahagia. Orang-orang terdekat memberikan selamat kepada mereka. Termasuk Chaerin kepada Dio Oppa.
“Selamat atas kelulusanmu, Oppa.”
“Chaerin-ah…! Terimakasih.”
Aku merasa ikut senang.
“Oh iya, aku ingin memfoto kalian. Eh, tapi sepertinya kameraku tertinggal di ruangan klub.”
“Dio Oppa disini saja bersama Chaerin, biar aku yang mengambilkannya ya.”
“Baiklah Haekyo-ah, terimakasih.”

Aku merasa iri kepada mereka, bisa benar-benar bahagia bisa merasakan moment seperti ini bersama orang yang kita sayangi.
Aku pun segera berlari menuju ruangan klub untuk mengambil kamera. Sampai di depan pintu ruang klub, aku merasa kembali ke masa lalu. Ketika aku bersama melewati hari di klub ini. Setahun terakhir ini, sudah banyak sekali perubahan. Aku pun masuk kedalam ruangan.
“Oh, ini kameranya.”
Aku melihat jendela, tempat favorit Chanyeol untuk membaca. Aku mendekati jendela tersebut. Dan aku sangat kaget ketika ada sesosok orang yang sedang duduk ditanah tepat dibawah jendela.
“Jangan cuek saja! … Aku tahu ini terasa berat, tapi lebih baik … “
Orang itu menghentikan pembicaraannya lalu segera bangkit dari duduknya dan langsung memelukku. Iya, orang ini adalah Chanyeol. Dan aku mulai menangis.
“Jangan menangis, payah. Ah, tidak, akulah yang payah.”
“…”
“Kukira kalau aku ada disini aku bisa bertemu denganmu.”
“…”
Aku dan Chanyeol benar-benar larut dalam kerinduan yang kami pendam selama ini. Kami sudah membohongi perasaan kami sendiri. Aku yang sok kuat ini, mencoba membiarkan Chanyeol untuk memilih Senior Sena. Namun yang dilakukan Chanyeol tidak seperti apa yang kupikirkan. Ia tidak pernah lagi memilih Senior Sena sejak saat ia menyatakan setuju untuk jadian denganku. Tapi aku terus memaksakan kehendakku, menyuruh Chanyeol untuk kembali menyukai Senior Sena. Aku benar-benar payah. Tapi hari ini aku begitu bahagia.
“Mianhae Haekyo-ah.”
“Jeongmal mianhae Oppa.”
“Aku tidak ingin kau jauh dariku lagi. Aku selalu ingin benar-benar memulainya denganmu. Hanya denganmu, bukan orang lain.”
“Ne Oppa.”
“Saranghae…”
“Saranghae Oppa…”

Ini menjadi moment yang paling berbahagia untuk hidup kami berdua.

***
END



Akhirnya selesai.
Semoga ceritanya ngga jelek ya..
Mohon komentarnya ya....
Habis ini aku mau nerusin FF "Every Heart"..
Part 1 nya udah ada... Baca juga ya...

Selasa, 05 Februari 2013

[FF] Every Heart - Part 1

Judul     : Every Heart
Tag        : Lee Hyori (OC), Park Chanyeol, Lee Junmyeon, Do Kyungsoo, Kim Jongin, Byun Baekhyun, Oh Sehun
Genre   : Romantic
Rated    : 13+
-Sinopsis-
Namaku Lee Hyori. Aku mempunyai banyak kisah cinta. Walaupun sering gonta-ganti pacar, tapi di dalam hatiku tetap ada dirinya. Semanis apapun cerita cintaku dengan yang lain, lebih terasa manis ketika dengan dirinya. Tapi kenapa dia selalu pergi menjauh. Lalu kembali. Lalu menjauh lagi. Apakah kita akan menyatu suatu saat nanti?



***
Part 1 – “Mianhae”
***
Namanya Lee Hyori. Gadis manis dengan senyum yang manis. Tipe gadis yang sangat diinginkan oleh laki-laki manapun di sekolah ini. Ia cantik, pintar dan selalu mendapatkan prestasi di bidang akademis maupun non-akademis. Ia selali mendapatkan peringkat pertama di kelas. Ia juga selalu menjuarai lomba menari tradisional mewakili sekolahnya. Ia sangat populer. Sampai setiap cerita cintanya pun selalu diketahui semua siswa. Kali ini ia mendapatkan pernyataan cinta dari salah satu siswa tertampan di sekolah, Kim Jongin.
“Hyori-ah, kau memilih yang mana?”
Jongin menyodorkan kedua tangannya yang masing-masing memegang sebuah benda. Tangan kanan memegang kalung berliontin bunga, tangan kiri memegang origami pesawat. Yang artinya jika Hyori memilih tangan kanan berarti ia menerima pernyataan cinta Jongin dan sebaliknya jika ia memilih tangan kiri berarti menolak Jongin.
Terdengar semua siswa-siswa yang melihat adegan ini berteriak.
“Ayo terima..!”
“Hyori, terima saja!”
“Semangat Jongin, kamu pasti diterima..!”
Hyori selama ini pun tahu Jongin menyukainya semenjak semester lalu. Ia masih terlihat berpikir, sembari tersenyum. Teman-temannya memberi dukungan.
“Hyori-ah, terima saja. Jongin kan baik. Tampan juga.”
“Iya Hyori-ah…”
“Baiklah teman-teman.”
Akhirnya Hyori mulai bersuara.
“Bagaimana Hyori-ah, kamu mau memilih yang mana? Kuharap pilihanmu bisa membuatku bahagia hari ini.”
Jelas Jongin, terlihat berdebar-debar dan tersenyum malu. Lalu Hyori mulai memilih.
“Aku memilih ini.”
Hyori memegang tangan kanan Jongin. Jongin pun tersenyum lebar.
“Terimakasih Hyori-ah.”
Jawab Jongin, lalu ia menarik Hyori kedalam pelukannya.
Setelah itu ia memasangkan kalung berliontin bunga tadi ke leher Hyori. Mereka berdua pun tersenyum. Semua orang yang menyaksikannya bertepuk tangan dan bersorak. Hari-hari Lee Hyori dimulai bersama Kim Jongin.
-
-
“Selamat pagi chagi, ini untukmu.”
Jongin menyodorkan segelas jus apel yang baru ia beli di kantin sekolah.
“Gomawo. Aku juga membawa sesuatu untukmu. Ini, makanlah.”
Hyori membawa dua buah kotak makan siang hari ini.
“Ini kubuat khusus untukmu. Mianhae kalo tidak enak.”
“Wah, sebelum berangkat sekolah kamu masih sempat untuk membuatkanku makan siang? Gomawo chagiya… Ini pasti enak.”
“Makanlah.”
“Hmmm, enak sekali. Aku suka.”
Tiga bulan pun berlalu. Sudah tiga bulan pula Hyori dan Jongin menjadi sepasang kekasih. Mereka terlihat harmonis. Sampai-sampai membuat iri orang-orang yang meilhatnya.
Akhir minggu ini Jongin mengajak Hyori untuk pergi ke taman hiburan.
“Akhirnya setelah sekian lama aku menginjak tempat ini lagi.”
“Jongin? Memangnya kamu tidak pernah ketempat ini?”
“Pernah, tapi terakhir kalinya kesini saat umurku 10 tahun.”
“Mwo? Sudah lama sekali!”
“Kamu kira aku anak kecil? Apalagi aku ini laki-laki. Untuk apa aku kesini sendirian?”
“Lalu hari ini, kamu mengajakku kemari?”
“Ini pengecualian, aku ingin menyenangkan hatimu. Kamu senang kan kuajak kemari?”
“Ah, iya.. Aku senang Jongin.”
Walaupun mereka selalu terlihat harmonis, tapi selalu ada yang mengganjal di hati Hyori. Ya, hatinya tidak bisa dibohongi. Ia tidak sepenuhnya memberikan hatinya kepada Jongin. Mengapa? Karena seseorang. Ada seseorang yang selalu mengisi penuh hatinya. Yang setiap malam menemani pikirannya. Selalu mengganggunya. Sebenarnya selalu ia coba untuk melupakannya, tetapi sangat sulit. Melelahkan. Dan akhirnya ia biarkan menghuni hatinya. Ia tidak ingin menyakiti hati siapapun, tapi setiap kali seseorang itu datang kembali, Hyori pasti menyakiti hati orang-orang yang menyayanginya.
-
-
*FLASHBACK*
-
“Kamu pasti kedinginan”
Hyori hanya menggunakan cardigan tipis di malam yang dingin itu. Sedangkan perjalanan pulang kerumah masih sangat jauh. Chanyeol membuka jaketnya dan memakaikannya pada Hyori.
“Ah, jangan, kamu akan kedinginan nanti. Aku tidak apa-apa, kan masih menggunakan cardigan.”
“Sudah, pakailah. Aku tidak tega melihatmu kedinginan nanti. Kaosku cukup tebal.”
“…”
“Ayo, kita teruskan kembali perjalanannya. Ini masih jauh. Terimakasih sudah mau kuajak pergi tadi ke pantai.”
“Iya. Aku senang.”
“Mianhae chagiya, pulangnya malah kedinginan begini. Pakai motor pula.”
“Tapi kan aku senang.”
“Mianhae….”
Hyori menjawabnya dengan pelukan erat di punggung Chanyeol.
“Saranghae Hyori-ah.”
Hyori makin mengencangkan pelukannya. Chanyeol tersenyum lebar. Lalu ia hidupkan motor sportnya. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.
-
*FLASHBACK END*
-
-
Waktu pun tak terasa. Hari kelulusan SMA pun sudah datang. Hyori mulai sibuk dengan persiapan masuk perguruan tinggi. Jongin pun sama. Tapi mereka berdua memilih perguruan tinggi yang berbeda. Jongin mendaftar di sebuah universitas jurusan musik dan Hyori masuk di universitas lain jurusan seni tari. Mereka berdua pun terancam berpisah.
Sudah satu minggu perkuliahan dimulai. Hyori disibukkan dengan kegiatan kuliahnya yang mulai padat. Begitupun Jongin. Sudah mulai tidak ada waktu untuk sekedar bertemu. Sudah cukup lama mereka berdua tidak bertemu karena alas an kesibukan kuliah. Ditambah hati Hyori yang memang setengah-setengah terhadap Jongin. Hubungan mereka semakin merenggang.
Akhir-akhir ini pun Jongin mengetahui kalau hati Hyori tidak diberikan sepenuhnya untuk dirinya. Tapi Jongin tetap berusaha menjadikan Hyori wanita yang ingin ia bahagiakan. Namun apa daya, kesibukan membuat Jongin kewalahan untuk membagi waktu. Hyori pun tidak ada usaha untuk meluangkan waktunya untuk Jongin.
Sebenarnya Hyori menyukai Jongin. Namun ia baru sadar ia tidak tahu rasa suka seperti apa. Apakah hanya sekedar kagum terhadap Jongin. Ia pun tahu Jongin benar-benar tulus mencintainya. Tapi tetap saja ada yang mengganjal. Ia tidak bisa mencintai Jongin. Sudah berusaha mencoba untuk bersungguh-sunguh namun sulit bagi Hyori.
Suatu hari Hyori dan Jongin akhirnya bisa meluangkan waktu untuk bertemu.
“Sudah lama tidak bertemu… Apakah kamu tidak merasa rindu padaku?”
Tanya Jongin.
“Jongin, aku ingin membicarakan sesuatu.”
Hyori tidak menjawab pertanyaan Jongin. Dan Jongin pun terlihat sudah mengetahui Hyori akan membicarakan apa padanya. Ia pun tersenyum kecil.
“Bicaralah, aku tahu mungkin ini akan sulit bagiku.”
“Mianhae, Jongin.”
“Aku tahu.”
Jongin memeluk Hyori. Lalu ia menatap kedua mata orang yang ia cintai ini. Dalam hatinya sungguh ia tidak sanggup untuk berpisah dengan Hyori. Tapi apa boleh buat, Hyori menginginkannya. Ia tidak mau menyakiti hyori, walaupun ia sudah sangat tersakiti.
Jongin menatap lagi kedua mata Hyori, mengusap pipinya, lalu mengecup bibir Hyori. Cukup lama. Seakan tidak ingin dilepaskannya. Ia tahu ini pasti kali terakhir meluapkan rasa cintanya pada Hyori.

Pertemuan untuk perpisahan. Mungkin tak akan terlupakan oleh Kim Jongin, mungkin juga oleh Hyori. 

***
Part 1 – “Mianhae” – End
***
Every Heart - To be contiued....
__________________________________
Waaah.....
Fanfic ini dibuat di sela-sela ngantor, daripada bengong ga jelas gada kerjaan.. Tapi ceritanya aneh ga sih? Kalau aneh bilang yaa.. Nanti aku rubah.
Aku rencananya pingin bikin karakter Hyori ini pernah jadi pacar semua anak EXO-K.. haha.. Part 1 ini dia jd pacarnya Kai. Part 2 belom tau nih mau jadi pacarnya siapa ya... *ada usul?
Mohon rnr nya ya... ^^