Akhirnya setelah satu bulan lebih terbengkalai, fanfic ini aku terusin juga.
Mianhae kalo ternyata ceritanya jadi kurang bagus dan terkesan buru-buru, habisnya aku udah kepengen selesein akhir ceritanya.
Kalau begitu selamat membaca ya.
***
Aku mulai hari ini dengan quiz matematika di kelasku.
Quiznya terasa gampang karena aku sudah belajar dari lembar ujian bekas
senior-senior terdahulu di klub-ku. Aku dan Chaerin disuruh mengumpulkan semua
lembar jawaban quiz di kelasku untuk dibawakan ke ruang guru. Namu saat
berjalan di koridor dibawah tangga, ada beberapa benda kecil yang jatuh mengenai
kepalaku.
“Chaerin, hujan ya?”
“Hujan? Ini kan di dalam ruangan, Haekyo-ah.”
“Bukan. Permen. Ada yang melemparku dengan permen.”
Lalu ku dongakkan kepalaku kearah atas. Dan kudengar
suara yang sudah tidak asing lagi ditelingaku berkata.
“Untukmu!”
“Ya! Sakit tau..! Huhu.”
“Hahaha, maaf ya. Masih ada banyak, mau yang rasa
apa?”
“Semuanya…”
“Nih, hadiah untukmu!”
Chanyeol pun menjatuhkan semua permennya dari atas,
membuat semua siswa yang berada disitu juga ikut berebut permen.
“Tenang semuanya kebagian.”, kata Dio.
Lalu Chanyeol mendekatiku dan berkata setengah
berbisik kepadaku.
“Maafkan aku ya, permen lollipop yang kau inginkan
hanya dijual pada saat festival. Jadi aku tidak dapat menemukannya untukmu.”
“…”
Aku berjalan menuju ruangan klub. Sebentar lagi musim
panas tiba. Aku akan membelikan beberapa es krim untuk ditaruh di kulkas ruang
klub. Dengan senyum lebar aku membawa satu kantong penuh berisi es krim
batangan dan memasuki ruangan klub.
“Selamat si… ang…”
Sapaanku harus terhenti ketika melihat sesosok wanita
mendekati jendela ruangan klub sembari telunjuknya diangkat tepat didepan
bibirnya, menandakan untuk tidak memberitahukan kedatangannya kepada Chanyeol
yang saat itu duduk ditempat favoritnya. Aku, Dio dan Chaerin hanya diam tanda
setuju untuk tidak memberitahukan kedatangan wanita itu. Dan…
“Chu!”
Ia mencium sebuah es krim cup yang ia tempelkan ke
pipi Chanyeol. Dan Chanyeol pun kaget sampai hampir terjatuh. Dio dan Chaerin
menahan tawa. Wanita itu tidak lain adalah Senior Sena.
“Sukses!”, kata Senior Sena tertawa geli, melihat
Chanyeol sukses ia kagetkan.
“Maafkan aku ya di malam festival kemarin. Aku sudah
mengacaukan acaranya. Maafkan aku juga ya Dio, kamu pasti sudah repot gara-gara
aku.”, jelas Senior Sena panjang lebar.
“Ah, tidak apa-apa Senior.”
“Ini kubawakan es krim untuk kalian semua. Ambil
sendiri ya, semuanya kebagian kok.”
“Waah… Terimakasih Senior.”
“Oh iya, kalian berdua yang waktu malam itu di
festival juga ya?”, tanya Senior Sena
“Oh, mereka berdua ini anggota baru klub kita.”,
jawab Dio.
“Ah, namaku Han Haekyo. Salam kenal.”
“Namaku Park Chaerin. Salam kenal.”
“Maaf ya gara-gara aku acara kalian di festival jadi
kacau. Perkenalkan aku alumni SMA dan klub ini. Namaku Choi Sena. Ini es
krimnya. Kau mau rasa apa?”
“Aku mau rasa strawberry.”, jawab Chaerin.
“Kau mau rasa apa Haekyo-ah?”, tanya Senior Sena
padaku.
“Ah, aku tidak usah.”, jawabku sambil membalikkan
badan dan melangkah keluar dari ruangan.
“Eh, Haekyo-ah kamu mau kemana?”, tanya Dio.
“Aku ada keperluan mendadak.”
Akupun berlari meninggalkan ruangan itu. Aku berlari
tetapi aku tidak tahu mau kemana. Akhirnya aku berjalan menuju pinggir sungai
didekat sekolahku. Aku berbaring di rerumputan. Pikiranku kemana-mana. Aku
merasakan sakit di dadaku. Tapi kenapa aku harus sesakit ini padahal seharusnya
aku bisa berhenti untuk tidak menyukai Chanyeol Oppa. Aku berbaring dan menutup
wajahku dengan lenganku. Dan tak terasa air mataku tumpah lagi.
“Hei..”
Suara seseorang memanggilku. Akupun buru-buru bangkit
dan melihat siapa yang memanggilku.
“Hoo.. Ternyata kamu Chaerin-ah.”
Akupun berbaring kembali setelah melihat yang
memanggilku adalah Chaerin.
“Maaf ya, aku bukan Chanyeol Oppa.”
“…”
“Kamu kecewa karena yang datang memanggilmu bukan
Chanyeol Oppa?”
“Apa sikapku tadi mencurigakan?”
“Bagi yang lain sih tidak, Dio Oppa memberitahukan
pada anggota yang lain termasuk Chanyeol Oppa kalau kamu tadi buru-buru keluar
karena sakit perut.”
“Huh, jadi aku dikira lagi sakit perut ya?”
“Tapi sepertinya Senior Sena sadar. Dia orang yang
baik.”
“Jadi kau pun menganggap Senior Sena orang yang
baik?”
“Kalau aku laki-laki lalu bertemu dengannya dengan
cara yang biasa mungkin akan tertarik juga padanya.”
“…”
Perkataan Chaerin membuat hatiku makin hancur. Aku
berguling-guling di rerumputan seperti orang gila. Makin ingin menangis
rasanya. Tapi aku kembali ingat perkataanku sendiri. Aku tidak serius dengan
Chanyeol Oppa. Kalau aku mencintainya pasti akan sia-sia karena tidak akan
terbalaskan.
“Haekyo-ah, sudahlah. Hari sudah semakin gelap. Ayo
kita pulang.”
“Huwaaaa….”
“Sudahlah! Ayo!”
“Baiklah Eonni… hiks.”
“Aku bukan eonni-mu!”
Namun tak lama aku melangkahkan kaki untuk pulang,
aku melihat dua sosok manusia sedang berjalan. Chaerin pun melihatnya. Bagaikan
siluet, hanya terlihat bayangan hitan, diterpa sinar matahari senja yang silau.
Tapi kemudian aku mengenali kedua sosok itu. Kurasa Chaerin juga. Mereka tak
lain adalah Chanyeol dan Senior Sena. Kulihat mereka berhenti dan memandang
sunset. Terlihat jelas dari posisiku untuk melihat mereka melakukan apa. Tangan
Chanyeol terlihat memegang erat lengan Senior Sena. Lalu tiba-tiba tubuh tinggi
Chanyeol menunduk, sejajar dengan wajah Senior Sena yang lebih pendek darinya.
Kini wajah Chanyeol dan Senior Sena sudah sangat dekat. Walau aku dapat melihat
mereka secara jelas tapi tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
Beberapa detik berlalu dan wajah mereka semakin mendekat. Dan akhirnya bibir
Chanyeol menyentuh bibir Senior Sena. Mereka berdua berciuman.
Aku melihatnya dengan jelas, mereka berciuman. Begitu
pula dengan Chaerin, ia pun melihat semua yang dilakukan Chanyeol terhadap
Senior Sena. Angin berhembus menerpa tubuhku yang makin gontai. Terasa dingin
merasuk kedalam tulangku. Hatiku sejenak terasa kosong, seperti terbawa
hembusan angin yang pergi begitu saja.
Besoknya di sekolah, Dio, Chaerin dan aku sedang
berada di ruangan klub. Chanyeol belum datang karena ada kelas tambahan. Lalu
Chaerin mulai menceritakan kejadian tadi malam. Aku mendengarkannya sembari
menidurkan kepalaku yang berat di meja. Mataku pun bengkak gara-gara tangisanku
sepanjang malam. Untungnya tidak ada yang menyadarinya, karena mataku memang
sudah besar dari lahir.
“Hmm, jadi mereka berdua sudah mulai pacaran.”, kata
Dio berpikir.
“Aku tidak tahu…”, jelas Chaerin.
“Sejak kapan mereka jadi serius ya? Chanyeol dan
Senior Sena, berciuman ya?”
“Senior Sena bukannya sudah punya pacar? Atau mereka
sudah putus?”, tanya Chaerin.
“Bagaimana ya? Aku juga tidak tahu apakah mereka
berpacaran atau tidak. Atau mereka hanya sekedar iseng?”
“Senior Sena itu wanita yang suka mempermainkan
laki-laki ya?”, tanyaku spontan.
“Memang bukan, tapi dia itu tipe wanita yang punya
banyak cerita cinta.”, jelas Dio.
“…”
Dio POV
Aduh, Haekyo jadi sangat sedih dan murung begini.
Dio POV end
“Senior Sena juga sering menangis diruangan ini. Dan
tiap kali Chanyeol melihat Senior Sena menangis, ia telihat menjadi begitu
sedih. Padahal sudah dua tahun ia menyukai Senior Sena walau tidak berbalas.
Tapi Chanyeol belum menyerah.”, jelas Dio panjang lebar.
“Seharusnya dia menyerah saja.”, kata Chaerin.
“Kau juga Haekyo-ah, lupakan Chanyeol ya.”, kata Dio.
“Eh! Dio Oppa, kenapa kamu bisa tahu kalau aku
menyukai Chanyeol Oppa? Chaerin yang mengatakannya ya?”
“Bukan, tapi terlihat sekali.”
“… tapi, cinta ini mungkin tidak akan terbalaskan…”
“Tapi kalau menyerah karena cinta yang tak
terbalaskan, itu bukan cinta namanya.”
“…”
“Bagus sekali kan ucapanku, keren!”
“Benar Dio Oppa! Hebat sekali..!”
“Klub ini memang tidak pernah serius…”, kata Chaerin
menanggapi kami.
Setelah itu semua orang meninggalkan ruangan klub
untuk pulang kerumah masing-masing. Aku baru teringat es krim yang kubeli
kemarin. Meleleh tidak ya? Karena aku meletakannya di bagian kulkas, bukan di
freezer-nya. Akan kupindahkan ke freezer, disana pasti bisa beku lagi. Ketika
aku membuka kulkas, tersisa satu es krim cup yang dibawa Senior Sena kemarin.
Dan kejadian malam itu teringat kembali.
‘Meskipun tidak terbalaskan, aku tidak menyerah.
Meski sampai nanti selalu bertemu Chanyeol Oppa, tapi yang ada di hati Chanyeol
Oppa itu cuma Senior Sena. Aahh..! Jangan pernah datang lagi! Aku membencinya!
Perasaan macam apa ini?’
Hari sudah berganti. Hari ini aku jadwal piket untuk
membersihkan kelas. Saat aku akan membuang sampah ke tempat sampah besar
dipinggir lapangan, aku melihat Chanyeol sedang asyik bermain basket bersama
teman-temannya di pelajaran olahraga. Setelah membuang sampah, ku luangkan
waktu sejenak untuk melihat Chanyeol Oppa bermain basket. Dalam hati aku
bergumam, mungkinkah aku bisa melupakan Chanyeol Oppa karena cintaku tidak
terbalas? Tapi… Kenapa di dalam hatiku hanya ada Chanyeol Oppa? Tidak ada
harapan. Lalu air mataku mulai turun lagi.
Aku sedikit melamun hingga tidak sadar tiba-tiba bola
basket yang melenceng dilemparkan oleh Chanyeol mendarat dengan berhasil tepat
kearah mukaku.
“Kyaa! Aw…!!!”
“Ah, Haekyo-ah..! Maafkan aku!”
“… Hiks …”
“Aku betul-betul minta maaf. Kamu baik-baik saja kan
Haekyo-ah?”
“…”
Aku tidak menjawab pertanyaan Chanyeol dan terus
menangis. Antara sakit fisik dan sakit di hatiku. Bercampur-aduk. Dan Chanyeol
mendekapku di dadanya, tangannya mengusap-usap kepalaku dan menangkupkan handuk
dingin untuk meringankan sakitku. Aku hanya bisa menangis.
“Benar-benar sakit ya?”
“… Hiks …”
“Ayo kita ke UKS.”
“Sakit…”
“Maafkan aku.”
“Sakit sekali…”
Chanyeol Oppa, sukailah aku.
***
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar